Bukankah begitu, aku dan kamu selalu mencari alasan yang tepat untuk mengumbar rasa.
Tak adalagi kepulan asap menghantarkan aroma, cairan hitam dingin yang pada mulanya terasa begitu menggubu seakan ingin cepatlah apalagi yang akan kau tunggu?
Lalu tanpa aba-aba mata menatap mata.
Apalagi yang bakal diungkap saat tetesan kopi menyentuh ujung lidah? Kata-kata bisu dan aku tak cukup lagi melahirkan sebongkah bualan, kopi ini dingin.
Yak sudahlah kita nikmati saja mau dibilang apalagi memang sudah begitu adanya, waktu menyisakan kenangan dan mengantarkan cerita baru yang bisa saja menjadi unik dan cerita indah kelak.
Pada kedai itu, kopi ini dingin dan lidah masih saja kelu lalu mata menatap mata.
Kopi ini dingin, maukah kamu singgah pada kedai kopi selanjutnya dan membiarkan cerita unik lahir. Sebuah cerita yang penuh harap pada sebuah waktu yang mana aku dan kamu tak lagi rasa malu menatap penuh gelora.
Dan sebuah cerita layaknya dongeng pengantar tidur anak-anak.