Secara perlahan namun pasti matahari mulai menghangatkan tubuh, memang belum terasa benar kehangatannya.
Kami yang sudah tak tahan lagi menahan rasa lelah disertai rasa kantuk yang begitu akut usai semalam suntuk kami habiskan hanya untuk menatap kemilau lampu kota, lampu yang terlihat Indah dari atas sana (Puncak), akhirnya kami putuskan untuk menghentikan perjalanan dari Puncak, Bogor, Jawa Barat menuju Jakarta.
Kami yang sudah tak tahan lagi menahan rasa lelah disertai rasa kantuk yang begitu akut usai semalam suntuk kami habiskan hanya untuk menatap kemilau lampu kota, lampu yang terlihat Indah dari atas sana (Puncak), akhirnya kami putuskan untuk menghentikan perjalanan dari Puncak, Bogor, Jawa Barat menuju Jakarta.
Pada gubug ini, sebuah gubug yang tak hanya menawarkan minuman kopi
hitam dan makanan pengganjal perut, di sini juga tersedia obat penyembuh
kantuk. Namun entah sebab apa bukan langsung memejamkan mata, kami malah asyik menikmati secangkir kopi hitam, kopi memang tak ada duanay untuk selalu diminum setiap saat tanpa pandang bulu kapan dan dimana?
Sambil menikmati setiap tetas cairan hitam, mata saya tak jemu-jemunya memandangi embun-embun yang mulai menguap. Tak sekadar itu saja, dari sini juga bukan hanya bisa melihat lukisan alam, tapi juga tak ketinggalan secara jelas sebuah bangunan, Wisma Atlit Hambalang yang entah bagaimana nasibnya.
Yups, pada perjalan pulang, kami putuskan untuk mengambil jalan
sesuai dengan pemberangkatan, dipilihlah jalan dari Sentul kendati lebih
memutar. Terpilih keputusan itu lebih didasari pertimbangan macet.
0 komentar:
Posting Komentar