Rabu, 11 Juni 2014

Rindu Alam, Rindu Kota

Mencari sesuatu yang telah lama tak dirasakan, aku merasa mulai merindukan begitu merindukan. Entah apa, mungkin karena dari sini lampu-lampu terasa begitu terlihat begitu eksotis,
Rindu Alam, Rindu Kota

Hanya berdiri sambil menahan udara khas pegunungan menembus tulang-belulang. Untuk sekian lamanya menatap segerombolan cahaya sudah cukup membuyarkan kenangan tentang bising, penat, semrawaut kota.

Masih dengan rokok dan segelas bandrek di lengan kiri, saya masih enggan beranjak, saya masih sangat menikmatinya. Pancaran ini ternyata tak hanya menawarkan keindahan saja, tapi juga seakan-akan menjadi magnet yang mempunyai daya tarik sangat kuat.

Mungkin karena ini, maka sangat wajar saja jika kawasan puncak menjadi pelarian orang-orang yang telah lama tinggal di Jakarta dan sekitarnya, salah satunya adalah saya. Tinggal di pinggiran selatan Jakarta, setiap hari dihabiskan dengan menatap layar monitor keluar sedikit disambut dengan bunyi klakson saling berbalas.

Untuk sesat saja, saya ingin merasakan suasana lain. Sebuah suasana yang sangat sulit dirasakan didapatkan di perkotaan. Panggilan akan kerinduan itu sudah begitu kuat sangat kuat yang membuat saya tanpa berpikir panjang mengiyakan ajakkan seorang teman.


0 komentar: