Minggu, 16 Oktober 2016

#Ngopi Tubruk Pinggiran Jakarta

Entah sejak kapan saya mulai mengamini sebuah ungkapan, biarlah rasa yang mengukapkan dengan sendirinya, banyak rasa yang tak bisa diungkapakan dengan kata-kata. Entalah, bisa jadi saya terlalu miskin dengan kata-kata itu sendiri.

Baiklah, saya coba untuk merenung untuk dapat menjelaskan kata apa yang tepat pada secangkir kopi tubruk, pahit bercampur asam atau sebaliknya? Dalam perkara ini, saya lebih banyak rasa khawatir apa yang saya ungkapkan tak benar-benar sesuai, sebagaimana keliruan dalam hal penampakan. Mungkin kalian bisa membantu untuk dapat menjelaskanya.

Sajian kopi tubruk tak ada keindahan malah terkesan kasar dengan biji kopi yang terkadang menyelip pada celah deretan gigi. Namun dibalik itu, kopi tubruk adalah sebuah kemurnian, sebuah wajah yang menampilkan apa adanya. Kurang lebih begitulah saya memahaminya dan sebab itu, saya lebih suka kopi tubruk ketimbang dengan .

Dua cangkir kopi tubruk terhidang, kopi tubruk Blue Batak dan Gayo. Pilihan saya pada kopi  berasal dari Medan.

Cerita perihal ngopi tubruk di kedai kopi Papacul #lapakngopipapacul, sebuah kedai kopi mungil dengan daya tampung kurang lebih 10 orang. Hampir semua tempat duduk serta meja terbuat dari papan.  

Malam Minggu, saya sengaja singgah di kediaman Saeful Alam dan seperti biasa kopi hitam sebagai penawar dari kehadiran saya. Sruput cairan hitam, " Kopi pabrikan, sekitar ada enggak kedai kopi yang bukan kopi prabikan," cetus saya.

Dan dia hanya menjawab enggak tahu, sudah nikmati saja kopi yang ada, lumayan.

Pada akhirnya, kami menelusuri jalan Ulujami, Pesanggrahan, ujung selatan Jakarta dengan mengendarai sepeda motor. Sepanjang perjalanan tak jarang dijumpai muda-mudi, akh malam Minggu malah bersama seorang yang mengatakan dirinya sebagai tukang sablon manual khususnya sablon pada media kaos.

Ujung dari jalan ialah sebuah lintasan dari Cipulir dan Ciledug, suasana kian macet mengingat jalan layang yang belum siap dilintasi, entah kapan? Hanya mengikuti naluri saya belok kiri ke arah Ciledug.

Kurang lebih berjarak 4 kilo, saya menemukan kedai kopi mini, tepat pinggir jalan raya. Jika melihat google maps, lokasinya masuk kawasan Petukangan, Jakarta Selatan.