Jumat, 07 April 2017

Video Ubud Luwih Villa

Jalarasa,- Ngelacong , video di atas merupakan hasil perjalanan saya bersama seseorang ke Ubud Bali beberapa waktu lalu. Perjalanan dari Jakarta melalui jalur udara di tempuh sekitar 1.30 menit lalu dilanjutkan dengan menyewa sepeda motor dengan harga sewa sekitar 60 ribu.

Waktu tempuh dari dari bandara Bali ke villa Ubud Luwih memakan dua jam. Waktu tempuh tersebut bagi mereka yang baru dengan anjuran google.

Sesampai di Villa Ubud Luwih, kami langsung di antar ke tempat bagian keluarga dengan vasialitas kolom renang, dapur, kamar mandi serta kamar yang nyaman. Sebauh villa yang dikeliling dengan pemandangan alam menambah suasan kian romantis.

Lokasi villa ini juga terbilang dekat dengan jalan raya ubud, sawah terasiring, dan hutan monyet.
Bagiamana suasan ubud, silakan simak video di atas. Selamat menyaksikan


Rabu, 05 April 2017

Menanti Tari Kecak dan Senja di Pura Uluwatu, Bali




 JalaRasa,- Ngelancong,- Aku begitu tertegun memandangi bangunan-bangunan yang menjulang pada tebing pantai. Terlintas adalah bagaimana cara membangunnya? Akh, aku juga bukan lagi menelusuri sejarah perihal pembangunan pura ini dan saya sendiri yakin banyak yang telah membahas.

Saat ini, masih kurang dari dua jam tiket tari Kecak akan dibuka, penampilan akan dimulai pada pukul 17.00 WITA. Maka nikmatin saja sambil menanti Senja di Pura Uluwatu, Bali. Untuk itu, aku memberikan tema ini adalah menanti Tari Kecak dan Senja.

Kisah ini bermula dari keputusan kami yang sedang menghabiskan waktu di Pulau Dewata dan rasanya kurang lengkap jika tak menyaksikan sebuah pertunjukkan khas Bali.

Dan pada akhirnya kami memutuskan untuk menyaksikan tari Kecak di Pura Uluwatu. Sebuah keputusan yang diambil didasarkan pada rujukan dari teman-teman blogger. Menurut kabar yang beredar, penampilan tari Kecak di tepi pantai dengan pancaran matahari tenggelam, sungguh membuat perasaanku tak sabar.

Kami meluncur dari Hotel Amaris, Legian menuju Puru Uluwatu. Perjalanan lumayan jauh ini ditempuh dengan kendaraan roda dua. Sebelumnya, kami juga singgah di pantai Pandawa, Bali. Pantai ini masih tergolong sepi pengunjung jika disejajarkan dengan pantai Kuta atau pantai Legian atau mungkin memang lagi sepi pengunjung, entalah.

Minum kelapa muda, ngerokok sambil mengamati deburan ombak. Yak kurang lebih begitulah aktivitas sepanjang di Pantai Pandawa. Selebihnya hanya jepret-jepret enggak jelas.

Merasa puas, kami  melanjutkan perjalanan menuju pura Uluwatu. Perjalanan dari Pantai Pandawa ke Puru Uluwatu terbilang cukup sepi. Sepanjang perjalanan, jalanan yang menembus pepohonan terkadang dijumpai juga jalan yang tingkungan menanjak. Namun, jalan raya cukup halus jauh berbeda dengan memasuki kabupaten Cilacap dari Ciamis, jalan raya penuh lubang apalagi saat memasuki kawasan Majenang, Cimanggu.

Setibanya, kami membeli tiket masuk. Oh iya, untuk masuk pura Uluwatu terdapat peraturanya, yakni bagi yang mengenakan celana pendek maka ia harus mengenakan kain yang dikenakan mirip seperti orang mengenakan kain sarung.

Sementara, bagi yang sudah mengenakan celana panjang maka ia cukup mengikatkan selendang pada pinggang.

Perihal penampilan tari kecak sendiri, kita mesti membeli tiketnya kembali. Loket penjualan tiket akan dibuka beberapa menit sebelum pementasan dimulai.

Sayang, senja yang diharpakan tak dapat juga. Ya sudahlah






Minggu, 02 April 2017

Ngelancong, Mengejar Senja ke Tanah Lot, Bali

Ngelancong, Tanah Lot, Bali adalah target terakhir kami selama berpetualang di Pulau Dewata.

Rencana ke Tanah Lot muncul dengan alasan senja. Maklum saja sepanjang ngelancong di Bali kami tak kunjung mendapati  senja yang benar-benar. Tanpa perjumpaan dengan senja rasanya kurang puas terutama bagi saya sedang sibuk-sibuknya bergaya fotografer profesional saja.

Banyak dikatakan blog sampai wikipedia, Tanah Lot banyak dikunjungi lantaran bukan hanya pura semata, tapi juga senja.

Atas dasar tersebutlah, maka kami sepakat untuk meluncur ke Tanah Lot dengan menyebutnya sebagai misi mengejar senja ke Tanah Lot.

  
Sebelumnya kami  menghabiskan waktu di Ubud dengan beragam macam wisata alam dan Pura Uluwatu dengan harapan dapat  menyaksikan tari kecak di bawah pancaran sinar matahari yang mulai tenggelam.

Dua hari tiga malam adalah waktu berleyeh-leyeh di villa Ubud Luwih, sebuah villa yang cukup nyaman apalagi dikeliling alam dan selama itu juga kami mengujungi beberapa kawasan yang banyak ditawarkan para bloger, yakni hutan monyet, sawah dengan model terasiring dan tak beberapa lokasi di jalan raya Ubud.

Waktu nyantai di Ubud telah usai, kami memutuskan menginap di hotel Amaris, Legian. Sebuah lokasi yang bisa dikatakan berbanding terbalik dengan sebelumnya baik dari segi pelayanan, lingkungan maupun hal-hal lainya.

Jika di Ubud adalah desa maka di Legian bisa dikatakan adalah kotanya Bali jadi dapat terlihat jelas bukan perbedaan antara keduanya.

Singkat cerita ini adalah waktunya kami untuk ke Tanah Lot, perjalanan tersebut tak kalah jauh dengan perjalanan kami dari Amaris ke Pura Uluwatu.  Namun, suasana batin terasa berbeda saat mengunjung Uluwatu mungkin ini adalah hari terakhir di Bali belum lagi rental motor yang siap mengambil kendaraanya.

Sepanjang perjalanan dengan waktu yang kian mepet membaut keraguan kian hinggap apakah mungkin dapat sampai sebelum matahari benar-benar menampakkan keindahnya. Hal lainya yang kian membuat keraguaan adalah selama perjalan kerap dijumpai iringan-irangan ritual  jelang hari raya Nyepi.

Keraguan perlahan pudar juga dan kami tiba sebelum pergantian antara waktu. Matahari masih terang menyinar tempar beribadah di pinggir laut. Dan patut diakui, Tanah Lot mempunyai pesona yang tak kalah jauh dengan Puru Uluwatu maka tak mengherankan jika lokasi ini telah dipadati pengunjung.

Hampir setiap pengujung atau bisa dikatakan tak ada satu pun yang ingin kehilangan moment, tiap-tiap dari mereka sibuk dengan kamera. Bagaimana aktivitas mereka, silakan aja simka foto di bawah ini.

Pada Tanah Lot terdapat dua pura terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan.  Pura Tanah Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut.

Namun sayang, berharap mendapatkan moment matahari tenggalam belum juga didapat. Pura Tanah Lot dengan segala eksotisnya terasa masih kurang lengkap tanpa sinar jingga.

Ya sudahlah mau dikata apa lagi mungkin alam lagi kurang bersahabat. hehehe