Minggu, 16 Oktober 2016

#Ngopi Tubruk Pinggiran Jakarta

Entah sejak kapan saya mulai mengamini sebuah ungkapan, biarlah rasa yang mengukapkan dengan sendirinya, banyak rasa yang tak bisa diungkapakan dengan kata-kata. Entalah, bisa jadi saya terlalu miskin dengan kata-kata itu sendiri.

Baiklah, saya coba untuk merenung untuk dapat menjelaskan kata apa yang tepat pada secangkir kopi tubruk, pahit bercampur asam atau sebaliknya? Dalam perkara ini, saya lebih banyak rasa khawatir apa yang saya ungkapkan tak benar-benar sesuai, sebagaimana keliruan dalam hal penampakan. Mungkin kalian bisa membantu untuk dapat menjelaskanya.

Sajian kopi tubruk tak ada keindahan malah terkesan kasar dengan biji kopi yang terkadang menyelip pada celah deretan gigi. Namun dibalik itu, kopi tubruk adalah sebuah kemurnian, sebuah wajah yang menampilkan apa adanya. Kurang lebih begitulah saya memahaminya dan sebab itu, saya lebih suka kopi tubruk ketimbang dengan .

Dua cangkir kopi tubruk terhidang, kopi tubruk Blue Batak dan Gayo. Pilihan saya pada kopi  berasal dari Medan.

Cerita perihal ngopi tubruk di kedai kopi Papacul #lapakngopipapacul, sebuah kedai kopi mungil dengan daya tampung kurang lebih 10 orang. Hampir semua tempat duduk serta meja terbuat dari papan.  

Malam Minggu, saya sengaja singgah di kediaman Saeful Alam dan seperti biasa kopi hitam sebagai penawar dari kehadiran saya. Sruput cairan hitam, " Kopi pabrikan, sekitar ada enggak kedai kopi yang bukan kopi prabikan," cetus saya.

Dan dia hanya menjawab enggak tahu, sudah nikmati saja kopi yang ada, lumayan.

Pada akhirnya, kami menelusuri jalan Ulujami, Pesanggrahan, ujung selatan Jakarta dengan mengendarai sepeda motor. Sepanjang perjalanan tak jarang dijumpai muda-mudi, akh malam Minggu malah bersama seorang yang mengatakan dirinya sebagai tukang sablon manual khususnya sablon pada media kaos.

Ujung dari jalan ialah sebuah lintasan dari Cipulir dan Ciledug, suasana kian macet mengingat jalan layang yang belum siap dilintasi, entah kapan? Hanya mengikuti naluri saya belok kiri ke arah Ciledug.

Kurang lebih berjarak 4 kilo, saya menemukan kedai kopi mini, tepat pinggir jalan raya. Jika melihat google maps, lokasinya masuk kawasan Petukangan, Jakarta Selatan.






Senin, 12 September 2016

#Ngelancong Nikmati Senja

Jala Rasa,- #Ngelancong pada suatu daerah untuk menikmati keindahan alam, menikmati saat bulan bersiap menampakan diri. Sungguh terasa begitu menyenangkan.

Mengenai hal demikian sudah tak perlu diragukan lagi. Buktinya, sampai saat ini begitu banyak orang termasuk saya  yang rela mengorbankan waktu, uang dan dan lain-lain hanya untuk menikmati senja.

Terkadang keindahan sendiri hadir dikesikitar dan saya dapat menikmatnya tanpa harus menjelajahi sebuah kawasan. Meski demikian, #Ngelancong bahkan bisa keliling Indonesia adalah sebuah impian yang entah sampai kapan bakal terwujud.

Yak sudahlah, mungkin untuk saat ini saya cuma hanya sebatas yang sangat munkgin terjangkau. Hal ini terkadang membuat saya berpikiran, keindahan merupakan sebuah cerminan semata. hehehe


Minggu, 11 September 2016

Ada Cerita pada Secangkir #Kopi

Jala Rasa, #kopi, minuman yang begitu sederhana, sifatnya yang mudah berbaur tanpa kehilangan cita rasa membuat minuman yang satu ini begitu disukai banyak kalangan. Misalnya, bagi yang tak terlalu menyukai kopi hitam pekat, maka pilihanya adalah dicampur susu,

Hal demikian tergantung selera maupun bagaimana orang meracik biji kopi sehingga dapat dinikmati setiap saat. Terlepas dari itu semuanya, kopi tak hanya sebagai penghangat suasana saat  santai bersama dengan teman-teman, tapi dari mengalir cerita-cerita yang mengalir begitu renyah.

Bisa jadi atau pada mulanya hanya sebuah kebiasaan, yakni minum kopi setiap saat bersama teman-teman. Pada akhirnya mengalir menjadi sebuah lirik, 

"Setiap saat setiap waktu
Kamu selalu menemani aku
Meskipun hitam tapi banyak yang suka
Bersama teman teman ku menikmatimu

Hu la la la kopimu kopiku
Hu la la la join join kopi
Hu la la la arti sahabat
Hu la la la tak ternilai harganya

......"

Dua pragraf lirik lagu yang dibawakan grub band Blackout berjudul Join Kopi

Kopi menjadi penghangat suasana dan kala penting kerap ada cerita yang menarik di balik hidangan sederhana ini. 

Yok join kopi sambil nikmati lagunya,,



  




Jumat, 02 September 2016

Ngelancong Lombok, Mendaki Rinjani

#Ngelancong atau bepergian bahkan kalau bisa menjelajahi tiap jengkal Nusantara.Namun  sayang, sampai saat ini saya lebih sering  menikmatinya  melalui blog atau sejenisnya yang menampilkan betapa eksotisnya kawasan tersebut.

Dari sekian begitu banyak daerah-daerah yang begitu eksotis, ada satu kawasan yang sudah lama tercampun dalam daftar susunan kawasan yang bakal dikunjungi, yakni Lombok (Nusa Tenggara Barat)  terutama mendaki gunung Rinjani. Entah mengapa masih saja tetap mengendap dalam bantin ini padahal keingin tersebut telah bertahun-tahun lamanya.

Rinjani sebuah gunung yang berada urutan kedua tertinggi di Indonesia dengan ketinggian 3.726 m dpl ini sepertinya tak akan bakal menguap begitu saja. Keinginan untuk berdiri di puncak hingga kini malah kian kuat.   

Dan seperti biasa saat keinginan itu begitu kuat, saya kembali menyusun rencana sambil menikmati beberapa potret perihal pesona Rinjani. Dari beberapa blok yang mengisahkan perjalanannya,entalah anggap saja dia benar-benar pernah mendaki.

Pada blog tersebut dipaparkan secara rinci perihal jalur pendakian, disebutkan ada dua jalur, yakni Sembalum dan Senaru dengan jarak tempuh memakan waktu 4-5 hari. Yups, untuk mendaki bisa melalui Semblum dan turun melalui Senaru atau sebaliknya.

Perihal mengenai lebih rinci soal pendakian silakan dibuka sendiri pada blog yang beralamat di http://manusialembah.blogspot.co.id/ atau blog-blog lainnya.

Maaf saat ini, saya lagi enggan mencatatakan perjalanan tersebut lantaran biarlah catatan tersebut terlalir dari pengalaman sendiri meskipun belum jelas kapan pastinya. hehehe

Kalau pun sudah terlakasan pasti bakal tertulis disini lengkap dengan protret-potret yang dari seorang amatiran. hehehehe.

Dan cacatan ini dimaksudkan ternyata sebagai penghibur atas keinginan yang belum juga terwujud, yakni #Ngelancong ke Rinjani. hehehe.


Senin, 29 Agustus 2016

Ngelancong, Main Hujan-hujanan

Jalarasa,- #Ngelancong atau berpergian menyaksikan tempat-tempat indah, sebuah tempa yang dapat mengugah rasa, terpana pada pesona alam. Wah, mau banget apa lagi untuk sebuah kawasan yang belum pernah dirasakan sebelumnya.

Namun apalah daya, pada kenyataan banyak kawasan tersebut belum juga terjangkau. Entalah, mungkin masih angan-angan semata sambil berharap keajaiban bakal datang. hehehe.

Ketimbang ngelamun dan keajabain tak kunjung datang, aku putuskan aja mengunjungi teman, itung-itung sekalian minum #kopi hitam gratis. Bukanya  ini sama aja, yang membedakan adalah kawasan yang bakal dikunjungi dan utamanya adalah dana.

Ngelancong pun dimulai, tak lama berselang hidangan kapi panas tela siap disruput. Sambil menikmatnya, rinai hujan mulai mengguyur kawasan Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.

Anak-anak mulai berkumpul di pinggir rel kereta api, mereka seakan tela merelakan badanya diguyur hujan dan menanggung resiko terbesar, yakni  omelan dari sang ibu.

Peristiwa ternyata membanwa pada kampung halaman, saat itu hujan adalah kejadian yang selalu menyenangkan untuk bermain bola. Dan mungkin kejadian bakal sama dengan anak-anak yang tengah hujan-hujan, saat tiba di rumah maka tamparan bakal mendarat di paha. Sambil menangis, ibu galak. heehe

Foto yang di atas adalah salah satu foto yang saya berhasil dijepret. Untuk foto-foto lainnya, lain kali aja

Sabtu, 27 Agustus 2016

Lagi dan Lagi Tentang Senja

Jala-Rasa,- Berbicara tentangnya tak cukup kata untuk dapat mendeskripsikannya. Mungkin sudah tepat jika ia hanya untuk dinikmati apalagi sambil sruput #kopi. Oh, sungguh terasa damai. Siapa coba yang tak akan terpikat dengan pancarannya?

Setahu saya sepanjang #Ngelancong, sudah banyak orang yang  tergila-gila termasuk sastrawan sekaliber Seno Gumira Ajidarma nekat mencuri senja untuk pacarnya. Terbanyang bukan, bagaimana daya pikat senja.

Yups, semuanya tentang senja. Aku untuk kesekian kali terpengarah menatapnya. Sial, ia terlalu cepat berlalu begitu saja. Bisa jadi ini yang membuat sebagian orang stres sehingga ia kembali mencarinya.

Pada senja ini, aku kembali mencoba mengabadikannya. Sengaja hal ini dilakukanya bukan lantaran esok tak ada waktu untuk menikmatinya, tapi sebagai bentuk antisipasi  jika pada suatu hari ada yang mencurinya dan masyarakat kembali dihebohkan dengan berita pencurian senja. Berita itu diberi judul besar-besar di tempatkan pada halaman depan.

Yak sudahlah yang pasti untuk beberapa menit lamanya aku hanya menikmati senja di samping markas www. jasa-sablon.com. Sebuah markas tempatnya pembuatan kaos dan sablon manual. Hanya itu saja, dan aku sepertinya tak akan pernah bosan untuk kembali menatapnya meskipun tak akan pernah jelas kapan dan diman kejadian itu berlangsung.




Selasa, 02 Agustus 2016

Bukan Sedang Berbagi #Kopi

"bukan maksudku mau berbagi nasib, nasib adalah kesunyian masing-masing,"
Petikan Puisi Chairil Anwar 

Nasib apa yang hendak kau bagi dan kepada siapa ingin kau berikan? Dan aku tidak sedang mencoba menafsirkan ulang atau berlagak seolah kritikus sastra saja. 

Jika benar demikian tentunya nasib tak seperti sedang menikmati secangkir kopi berdua alias join kopi atau sedikit mengenang masa lalu perihal sebatang rokok untuk dihisap ramai-ramai. Mungkin memang sudah tak bisa disangkal lagi, nasib adalah kepemilikan masing-masing.

Menesuliri lorong kesendirian usai menghadiri pesta, layaknya kisah yang diceritakan -Pramoedya Ananta Toer  pada sebuah roman

 "Dan di dunia ini, manusia bukan berduyun-duyun lahir di dunia dan berduyun-duyun pula kembali pulang... seperti dunia dalam pasarmalam. Seorang-seorang mereka datang... dan pergi. Dan yang belum pergi dengan cemas-cemas menunggu saat nyawanya terbang entah ke mana"
 -Pramoedya Ananta Toer  

Ya sudahlah mau dikata apa lagi. Yang pasti saat ini, aku tengah menikmati secangkir kopi sambil berharap ada seorang yang bersedia menemani malamku. Berharap penuh harap setidaknya berbagi kopi.

Kemudian aku menghampiri dan yang terlihat hanya pantulan dari wajahku penuh goresan. Mungkin cerimin ini terlalu kusam tak ada wajah keceriaan.






Minggu, 31 Juli 2016

#Ngelancong, Pada Kereta Pagi Hari

Jala-Rasa,- Selain kopi hitam dan rokok masih terdapat yang membuat aku tak akan perenah lelah untuk menikmatinya, yakni kala mentari tenggalam dan terbit. Menikmatinya sambil sambil sruput kopi sungguh membuat hati terasa damai.

Bagi mereka yang telah jatuh cinta akan sekuat mungkin mendapatkannya. Mak tak mengherankan jika #Ngelancong merupakan hal yang diharuskan tanpa pedulikan jika setengah atau mungkin satu kali gaji habis hanya untuk mendapatkan peristiwa yang begitu sejekap.

Entalah padahal hanya dalam hitungan menit semunya akan berlalu begitu saja, mungkin  lantaran sekejab ini yang membuat takut akan kehilangan memontum dan ini yang ini juga membuat semuanya terasa begitu mahal.

Sama halnya dengan mereka, aku ikut tergila-gila. Tapi, harus diakui guna mendapatkannya apa lagi menyaksikan matahari tenggelam di pinggir pantai sangatlah langka. Jangankan itu, guna menyaksikan saat matahari terbit di sekitar kontrakan pun langka.

Saat ini, secara kebetulan mata-mata belum juga merasa lelah usai menghabiskan malam bersama seseorang.  Tepat perlahan matari mulai menampakan diri, aku sambil menenteng kamera sudah layaknya benar-benar seorang fotografer padahal nol besar. Bagiku yang penting asal jepret mencoba mengabidikannya.

Melihatnya, aku mencoba memaknai bahwa hidup layaknya kereta yang meluncur pada rel dan akan kembalii pada stasiun yang saat pertama kali menjejaki. Hidup adalah #Ngelancong yang terkadang seperti rutinitas semata dan selanjutnya tinggal bagaiaman  meresponnya, sebuah perjalanan yang meluncur begitu saja,

Oh iya, seandainya  Anda suka dengan foto ini , saya silakan untuk mengambil. Silakan ambil kalau perlu aku saja bahwa ini adalah kerya dirimu. Perkara bahwa ini adalah pelanggaran hak cipta atau apa pun itu, itu persoalan Anda sendiri. (Ayodia Kelana)


 

#Ngelancong, Pada Kereta Pagi Hari

Jala-Rasa,- Selain kopi hitam dan rokok masih terdapat yang membuat aku tak akan perenah lelah untuk menikmatinya, yakni kala mentari tenggalam dan terbit. Menikmatinya sambil sambil sruput kopi sungguh membuat hati terasa damai.

Bagi mereka yang telah jatuh cinta akan sekuat mungkin mendapatkannya. Mak tak mengherankan jika #Ngelancong merupakan hal yang diharuskan tanpa pedulikan jika setengah atau mungkin satu kali gaji habis hanya untuk mendapatkan peristiwa yang begitu sejekap.

Entalah padahal hanya dalam hitungan menit semunya akan berlalu begitu saja, mungkin  lantaran sekejab ini yang membuat takut akan kehilangan memontum dan ini yang ini juga membuat semuanya terasa begitu mahal.

Sama halnya dengan mereka, aku ikut tergila-gila. Tapi, harus diakui guna mendapatkannya apa lagi menyaksikan matahari tenggelam di pinggir pantai sangatlah langka. Jangankan itu, guna menyaksikan saat matahari terbit di sekitar kontrakan pun langka.

Saat ini, secara kebetulan mata-mata belum juga merasa lelah usai menghabiskan malam bersama seseorang.  Tepat perlahan matari mulai menampakan diri, aku sambil menenteng kamera sudah layaknya benar-benar seorang fotografer padahal nol besar. Bagiku yang penting asal jepret mencoba mengabidikannya.

Melihatnya, aku mencoba memaknai bahwa hidup layaknya kereta yang meluncur pada rel dan akan kembalii pada stasiun yang saat pertama kali menjejaki. Hidup adalah #Ngelancong yang terkadang seperti rutinitas semata dan selanjutnya tinggal bagaiaman  meresponnya, sebuah perjalanan yang meluncur begitu saja,

Oh iya, seandainya  Anda suka dengan foto ini , saya silakan untuk mengambil. Silakan ambil kalau perlu aku saja bahwa ini adalah kerya dirimu. Perkara bahwa ini adalah pelanggaran hak cipta atau apa pun itu, itu persoalan Anda sendiri. (Ayodia Kelana)


 

Jumat, 29 Juli 2016

#Ngelancong Kota Tua, Saat Rasa Penuh Warna

Jala Rasa,- Secara kebetulan aja mampir kawasan Kota Tua, Jakarta. Sebuah #Ngelancong kebetulan alias tanpa benar-benar niat akan kembali menepaki bangunan yang berdiri puluhan tahun lamanya.

Usia bangunan ini mungkin sama dengan bapaknya kakek. Entalah, aku tak terlalu berminat menelusiri sejarah kapan tepatnya bangungan ini berdiri.

 Saat rasa penuh warna dan garisan penuh warna terasa begitu memikau. Tak perlu ada alasan mengapa sebagaian orang menyukai pelangi. Begitu juga dengan aku yang selalu berlari ke sawah saat matahari mulai menampakan diri usai hujan.

Berdiam diri hanya untuk mengatamati setiap lengkungan warna lalu percaya begitu saja bahwa itu merupakan selendang bidadari yang sedang mandi. Wah cerita bisa merambat Jaka Tarub yang berhasil mencuri selandang putri. Wah seandainya saja, ya sudah lah bahwa faktnya sampai sekarang aku tak kunjung mendapatkan selandang putri.

Menyinggung soal keberagaman warna teringat ungkapan seorang guru, apa yang membuat pelangi menarik? Silakan pilih warna yang paling kamu suka yang menurut kamu unggul. Tapi, cukup hanya kamu, enggak ada paksaan soal pilihan warna begitu juga dengan yang lainnya. Maka biarkan orang lain memilih warna apa yang menurutnya menarik.

"Banyak orang yang menyebut, Indonesia begitu indah lantaran keberagaman, satu dengan yang lainnya hidup berdampingan tanpa ada paksaan. Karena itu, indonesia disebut dengan multikultur. Tapi sayang, saat pilihan warna yang dijadikan paling hingga dengan kekusaannya menghilangan warna-warna lainnya, apakah pelangi akan tetap menjadi menarik," katanya.

Sebuah ungkapan yang tak kunjung dimengerti dan hanya berbalas sebuah anggukan. Sebagaimana emngamini, pelangi adalah selandang bidadari yang dijadikan jalan dari khanyangan menuju tempat pemandian. (Ayodia Kelana)





Sabtu, 16 Juli 2016

Dan Pertemuan itu, Langsung Dilahap

Jala Rasa,- Sesuai dengan judulnya, ini bukan membahas perihal resep atau tata cara membuat makanan yang bernama kue cucur, jika Anda ingin mendapatkan resep silakan cari di blog lainnya atau bisa juga membeli buku resep.

Ini perihal pertemuan saya dengan kue cucur setelah sekian lama. Maklum sebagai anak rantau yang tinggil di pinggiran kota Jakarta ternyata agak susah mendapatkan makanan idola sewaktu di kampung halaman. Mungkin saja kue cucur ini masih banyak di pasar-pasar tradisional, misalnya Ciputat.

Sebuah pertemuan tanpa disangka-sangka ini bermula dari #Ngelancong usia Magrib menuju  pinggiran Depok yang berbatas dengan Bogor, yakni Bojong. Dan kembali pada cerita lama, yakni sudah menjadi kebiasaan hampir setiap perjalanan menjumpai dengan kata menyasar.

Kejadian serupa terulang kembali, ketimbang bingung maka keputusan saja singgah di sebuah warung kopi. Ternyata dari sana pertemuan terjadi dan tanpa berpikir panjang langsung aja kulahap makanan manis ini panas-panas apa lagi sesuana gerimis.

Jumat, 15 Juli 2016

Iseng #Ngelancong Kota Tua



Jala Rasa,- Mungkin Anda juga pernah merasakan apa yang saya rasakan, yakni saat hari terasa menjemukan dan entah mau ngapain. Utama saya yang hanya seorang pengaguran. Waktu pun terasa begitu lama berlalu hampir sama saat menanti seseorang datang.

Yak sudah, dari pada enggak jelas mau ngapain maka diputuskan aja pergi stasiun Pondok Ranji turun di Tanah Abang lalu ke Manggarai dan pada akhirnya naik kerata KRL ke Kota Tua. Woy ternyata cukup panjang juga untuk sampai Kota Tua dari Ciputat sampai-sampai naik-turun kereta sampai tiga kali.

Yups, kali ini sasaran #Ngelancong saya pada Kota Tua. Soal cerita kota yang dipadati dengan bangunan jaman dahulu sudah terlalu banyak ngebas. Terlalu banyak blogger yang sudah menjelaskan secara rinci sampai nama-nama musium lengkap pada masa siapa lengkap terlampir.

Dan saya tak punya kemampun untuk mengulasnya apalagi sampai menulis pernjalanan sampai benar-benar rinci. Saya hanya iseng-iseng ngabisin waktu dan bergaya seolah Fotografer padahal cuma tukang foto amatir.

Ini salah satu hasil jepretan di kota tua yang dipenuhi orang-orang mencari hiburan. Kota Tua menjadi wisata aternatif masyarakat sekitar Jakarta, Tangerang dan mungkin ada dari luar JABODETABEK, itu mungkin saja.

Pasti wisata murah tanpa harus merogoh kocek sekian ratusan bahkan bisa mendakati jutaan. Banyangkan saja dari dari Ciputat yang sudah beda profinsi dari Jakarta hanya menghabiskan uang enggak lebih dari Rp 20.000,- bahan mendapat kembalian asal mau antri menukar tiket yang dipegang.

Udah langsung aja dan silakan simak kalau perlu kasih komentar yang jelas mengenai aktivitas saya ini.






Kamis, 14 Juli 2016

#Ngelancong Cimanggu, Telusuri Jejak Lalu

jala rasa, ngelancong
Jala Rasa,- #Ngelancong ke Cimanggu. Salah satu kecamatan yang berada di Cilacap.

Dari segi sendiri nama sendiri yang berawalan Ci yang berasal dari suku kata 'Cai' yang dalam bahasa Sunda artinya 'air'.

Untuk itu banyak sangkaan yang menyebut daerah tersebut terdaftar dalam provinsi Jawa Barat apalagi terdapat beberapa daerah yang mempunyai nama serupa, misalnya Cimanggu di Bogor atau Cimanggu kawasan Ciwidey atau mungkin masih terdapat daerah yang dengan nama yang serupa.

Sekilas tentang Cimanggu bisa jadi penamaan tersebut  orang yang sama, yakni Prabu Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda.  Dugaan tersebut diperkuat dengan naskah kuno  primer Bujangga Manik (yang menceriterakan perjalanan Prabu Bujangga Manik, seorang pendeta Hindu Sunda yang mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan Bali pada awal abad ke-16), yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University, Inggris sejak tahun 1627, batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah sungai Cipamali (yang saat ini sering disebut sebagai kali Brebes) dan sungai Ciserayu (yang saat ini disebut Kali Serayu) di Provinsi Jawa Tengah.

Maka tak mengherankan jika sampai detik ini, warga Cimanggu mengenakan bahasa Sunda dan sebagian lagi mengenakan bahasa jawa. Memang secara pengucapan dan kosakata bahasa Sunda yang dikenakan warga Cimanggu cukup berbeda dengan bahasa Sunda di porvinsi Jawa Barat hal serupa juga berlaku untuk baahasa Jawa.

Lalu adakah yang lebih menarik dari Cimanggu itu sendiri.  Bagi Anda yang tak pernah bersentuhan langsung mungkin tak ada yang menarik dari desa ini. Sudah benar itu, memang desa ini tak mempunyai lokasi yang begitu eksotits sehingga mendatangkan para wisatawan.

Namun, secara khusus  Cimanggu tetaplah sebuah desa yang penuh cerita. Cerita kembali hadir, bagaimana saban sore menjadi ajang memancing dan tempat mandi di balik tanggul.

Sambil menikmati senja.  Akh  Seandainya saja. Yups, seandainya Doraemon tak hanya ada dalam serial TV menemani hari libur sekolah mungkin cerita bakal berbeda. Saya akan dengan mudah mengulang kembali bukanya hanya menelusuri jejak-jejak lalu.

Dan bantuan  pemilik kantung ajaib, maka sangat mungkin kisah #Ngelancong ini akan menjadi hal lain, paling tidak dengan pintu ajaib atau lorong waktu saya akan lebih lelusa kapan saja dan hendak kemana saja, minimal saya menelusuri tak hanya dalam satu tahun sekali.

Sudahlah lupakan soal Doraemon. Yang pasti, kali ini saya begitu menikmati senja bersama segala kenangan lalu.


Selasa, 14 Juni 2016

WOW !!! Raja Ampat

JalaRasa,- Ngelancong Raja Ampat!!!! Sudah pasti mau banget. Mendengarnya saja sudah bikin gimana, membanyangkan ngopi sambil menikmati matahari tenggelam.

Seandainya aja ada yang bersedia mengajak. Sudah pasti sulit ditolak.

Gimana juga bisa nolak, dia itu sudah terlalu menggoda, godaan kian bertambah dari foto presiden Jokowi duduk sarungan dengan latar matahari dan yang berikutnya adalah cerita klien Boleh Kaosan soal Raja Ampat dengan menunjukan hasil jepretan dia.

Jika sudah demikian, lalu  bagaimana bisa melepaskan diri. Dia itu sudah  seperti  bidadari yang selalu saja melambaikan tangan dan ia tak akan membirkan aku berpaling pada lain hati. Yups, keindahan Raja Ampat sudah kaya bidadari yang selalu bermain dalam lamunanku.

Saat ini, aku kembali melihat catatan wisata mana aja yang bakal dikunjungi. Dalam deretan nama itu tertulis besar kali, RAJA AMPAT.  Sampai sekarang Raja Ampat masih menjadi catatan dalam daftar  lokasi mana aja yang bakal dikunjungi. Ingat bakal dikunjungi, tapi entah kapan?

Khusus untuk Raja Ampat sendiri, aku begitu yakin bakal kesana apa lagi dibantu dengan seseorang yang terus aja mendorong untuk mengikuti lambaian bidadari. hehehe, kuda.




Senin, 23 Mei 2016

Jejak Dingin Ranukumbolo

Pagi Ranukumbolo, hawa dingin nan sunyi yang kau tawarkan menembus dinding pengamanku. Menusuk tulang membuat ku tak bisa lagi menolak. Iya,  di bawah cahaya purnama aku pun bersetubuh dengan dingin.

Dan pada akhirnya menyisakan kerinduan. Entah kapan kerinduan akan terjawab tuntas? Semoga saja, aku dapat  kembali menelusuri jejak yang terpendam kabut.  Kemudian kembali bersetubuh dengan dingin  dingin Ranukumbolo. Saat matahari terbit tepat di puncak negeri para dewa. Mahameru