Senin, 05 Oktober 2015

Seandainya saja,..... Pasti Enak Bisa Keliling Indonesia

Seandainya saja aku menjadi salah satu perserta yang mendapatkan undangan, pastinya enak banget bisa ngelancong keliling Indonesia, apa lagi daerah yang telah lama terpendam. Sudah dapat dibanyangkan menikmati matahari tenggelam di pantai atau saat berada di ketinggian.

Belum lagi, menelusuri sejarah keunikan dari masing-masing daerah dan yang pastinya menyantap masakan khas daerah. Sungguh terasa enak. Namun sayang dan mau berkata apa lagi, kenyataan aku bukan salah satu perserta yang menemani 27 blogger dari penjuru dunia yang ditugaskan secara khusus untuk menelusuri kekayaan alam, budaya, dan Indonesia.

Yups, sebagaimana dilansir angkringanwarta ,  Kemenpar  akan mengundang para blogger dari berbagai negara untuk menelusuri Indonesia. Langkah ini diambil sebagai bentuk mempromosikan pariwisata Indonesia

Para travel blogger tersebut akan diajak ke tiap destinasi yang tersohor di Indonesia. Contohnya, ke Bandung, Yogyakarta, Gunung Bromo, Bali sampai ke Pulau Komodo. “Hari ini sedang di Bandung dan sore ini rencananya ke Saung Angkulng Udjo. Mereka sangat antusias. Kemarin saja baru landing, kita kasih makanan dan langsung foto-foto,” paparnya.

Hasil dari perjalan keliling Indonesia selama dua minggu dari tanggal 3 sampai 17 Oktober akan mereka kisahkan dalam bentuk tulisan atau foto dalam blog,  Facebook, Twitter dan Instagram.   “International Bloggers Trip berlangsung selama dua minggu, dari tanggal 3 sampai 17 Oktober 2015," ujar  Asisten Deputi Pengembangan Komunikasi Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, Noviendi Makalam

Cara dimikian, dinyakini Noviendi sebagai salah satu cara ampuh untuk mempromosikan Indonesia.  Sebab, travel blogger yang diundang bukanlah travel blogger sembarangan. “Kita seleksi yang terbaik, mereka punya banyak followers. Begitu mereka posting, followers-followers di negaranya akan langsung melihat. Sangat efektif,” ungkapnya.

Adapun  ke 27 travel blogger dari berbagai negara, seperti dari Australia, India, Korea, Singapura, Malaysia, UK, Hong Kong, Italia, Belanda, Tiongkok, Taiwan, Spanyol, Prancis, dan USA,” ujar

Hingga kini sudah tiga fam trip yang mengundang travel blogger dari mancanegara, sebelumnya traveler blogger dari Tiongkok dan Singapura. Ke depannya, menurut Noviendi bakal terus diadakan acara seperti ini.

“Yang dari Tiongkok khusus pasar Tiongkok, yang Singapura kerja sama dengan Garuda Indonesia dan yang sekarang dari pihak Kemenpar sendiri. Kita mau fam trip ini ramai di negara mereka. Ke depannya, nanti kita evaluasi bagaimana kegiatan ini,” pungkasnya.





Selasa, 22 September 2015

#Ngelancong Kota Tua, Penertiban PKL


#Ngelancong kali ini ialah menelusuri gedung-gedung penuh dengan saksi sejarah. Yups, bagi warga Jakarta mungkin sudah tak asing lagi dengan namanya Kota Tua. Sampai kali ini, saya sendiri belum benar-benar mengetahui apa yang melatar belakangi kawasan tersebut dinamakan kota tua.

Jawaban yang paling mungin dan ini merupakan hasil karangan saya semata, kawasan tersebut di sebut kota tua lantaran banyaknya bangunan kono. Sebuah bangunan hingga kini masih berdiri dan menjadi saksi bisu atas beragam persitwa masa lampau.

Anda boleh sepakat atau membantanya dengan memberikan beragam pandangan. Itu hak Anda dan saya menerima dengan sepenuhnya.

Terlepas  persoalan seputar apa yang menjadi penyebab kawasan tersebut disebut Kota Tua.  Saya mencoba atau hendak lebih memfokuskan diri pada peralanan ke kota tua. Setibanya saya di stasiun Kota Tua matahari sedang terik-teriknya.  Rasa haus sudah tak kuat lagi ditahan-tahan dan pada akhirnya saya bergegas  menuju salah satu penjual di halaman Stasiun kota Tua atau PKL.  Hampir setengah botol ukuran besar mengalir kerongkongan.

Tiba-tiba saja para pedagang berlarian sambil menentang barang dagangan dan ada juga yang mendorong gerobak.  Kejadian yang tak berlangsung lama ini ternyata cukup membuat aku penasaran. Ternyata, mereka ketakutan barang dagangannya disti Satpol PP.

Sejumlah pasukan berseragam coklat tanpa intruksi langsung mengakut barang dagannya yang belum sempat diamankan. Dalam seketika halaman Stasiun Kota Tua bersih dari para pedagang.

Namun hal tersebut tak berlangsung lama, saat dirasa aman para pedagan satu-persatu kembali memadati. Mereka kembali melanjutkan ativitas berjualan. Menurut salah satu pedangang, ditertibkan hal demian sudah biasa. “Hampir setiap hari dilalaukan penertiban,” ujarnya.


Jumat, 18 September 2015

Untuk Secangkir #Kopi

Iya, aku menikmati ceritanya walau banyak hal yang tak dimengerti
Dan bagiku justru itu hal yang menarik

Seandainya semuanya sangat mudah dipahami.....
Tentunya tak banyak #kopi yang  tersaji


Sabtu, 12 September 2015

#Ngelancong Situ Gintung, Jaring Keyakinan

 Setidaknya mengisi waktu senggang atau bisa dikatakan iseng-iseng, saya putuskan #ngelancong Situ Gintung, sebuah bendungan yang terletak di kawasan Ciputat, Tangsel. 

Setibanya aku langsung disambut matahari pagi hari. Pancaran cahaya yang memancarkan warna kuning keemasan terasa begitu memukau. Pada dasarnya, selain senja aku juga begitu menyukai saat matahari terbit. Namun sayang kerap kali terlewatkan begitu saja, maklum aku termasuk orang yang susah bangun tidur.

Pagi itu, sebagaimana saat aku terbangun maka akan diawali dengan sruputan kopi hitam. Sambli menyruput cairan hitam, aku mulai mengamati kubangan air yang nampak tenang. Terkadang aku juga melirik mereka yang menjadikan kawasan ini sebagai tempat berolah raga. Entah itu lari atau sekadar jalan-jalan.

Yups, semenjak Situ Gintung diperbaiki akibat jebol pada beberapa tahun yang lalu, Situ Gintung bukan hanya dijadikan ajang orang yang mencari ikan, tapi juga tempat olah raga atau juga sebagai rekreasi murah.

Bagiku, keindahan alam ini setidaknya dapat dijadikan perlarian dari bising jalan atau rutinitas. Hal sedikit terasa aneh. Pasalnya, keberadaan Situ Gintung tak begitu jauh dengan jalan raya arah Ciputat-Lebak Bulus yang hampir selalu ramai dan bising dengan suara mesin dan adu klakson.

Pandanganku mulai tertarik pada seseorang yang tengah menjaring ikan. Entah sejak kapan orang tersebut telah melemparkan jaring, yang pastinya ia sudah ada sejak tadi. Dari atas getek, ia melemparkan jaringnya.

Tak lama kemudian, ia pun mendayung getek tersebut ke tempat lain dengan penuh harap akan ada ikan yang tertangkap jaringnya.

Yups, apa yang membuat dia penuh semangat melemparkan jaring selain kenyakinan itu sendiri. Sebah kenyakinan itu yang membawa dirinya masih saja sibuk melemparkan jaring. Setiap jala yang tebar berhasil menjaring ikan.  





Kamis, 10 September 2015

Fajar di Situ Gintung



Bukan hanya senja, bagi aku pagi pun menaburkan keindahan. Saat matahari masih malu-malu menyinari Situ Gintung, Ciputat, Tangsel. 

Sungguh beruntung dapat menikmati fajar ini apalagi ditemani secangkir kopi ditambah rokok. Sebab tak banyak orang yang mempunyai cukup banyak waktu untuk dapat menikmatinya. 

 

Sabtu, 05 September 2015

#Kopi, Rasa Terpendam




Mungkin saja dirimu masih menyimpan deretan pertanyaan
Namun, apa hendak dicari pada pekatnya secangkir #kopi

Memang sudah begitu adanya
Kopi tetaplah kopi sekeras apa pun dirimu meracik

Nikmati saja, nanti juga bakal terungkap dengan sendirnya
Ada rasa apa dibalik pekat serta pahit #kopi terdapat rasa sulit diungkapkan.
.


Senin, 31 Agustus 2015

#Ngelancong Curug Cigamea, Lepas Polusi Kota

Aku mulai tersadar saat sinar matahari terasa di ubun kepala. Iya, sudah  setengah hari menghabiskan waktu menikmati alam curug Cigamea, salah satu curug yang terdapat di kawasan Gunung Salak Endah atau banyak disebut sebagai Gunung Bunder, tepatnya Desa Gunungsari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.

Kesadaran ini membawa kembali akan segala macam pergulatan runitas. Sungguh perjalanan terasa singkat bahkan terasa lebih singkat dari perjalan Ciputat, Tangsel, kesini. Padahal jarak tempuh dari pinggiran Selatan Jakarta menghabiskan perkiraan 3 jam, bahkan terasa lebih singkat ketimbang menghabiskan secangkir #Kopi. Soal perjalan itu sendiri, silakan disimak di angkringanwarta

Keindahan alam ini membius kesadaran akan waktu, melupakan segala hal yang selama ini terkurung dalam benak. Maka tak mengherankan  jika hampir kebanyakan terutama warga perkotaan seperti Jakarta dan Bogor merelakan diri mengunjungi obyek wisata alam ini, bertujuan melepaskan penat .

Dan sebelum semuanya lenyap begitu saja berganti dengan keseharian akan kehidupan Ciputat. Aku belajar tetap cuek, duduk di atas batu sambil menikmati secangkir kopi hingga akhirnya rasa jengkel, disebabkan tak lain adalah rasa cemburu. Yups, rasa iri ini  muncul begitu saja saat menyaksikan tiga anak kecil yang tengah asyik bermain air tanpa beban dan tanpa malu apalagi merasa khawatir dengan segala macam bentuk. 

Sebuah pancaran kebahagian yang begitu murni tanpa tercemar polusi. Namun dalam seketika terbesit, sampai kapan? Maka puaskan permainanmu, percayalah banyak kebahagianmu membuat banyak orang iri. 

Sudahlah mari lupakan rasa cemburu ini, aku bangkit lalu menatap air berjatuhan, suara gemercik air ternyata cukup mengapus ingatan akan seru deru mesin dengan diiringi kontes klakson. 













Minggu, 26 Juli 2015

#Kopi, Silakan Saja

Bangku ini sengaja untukmu
Giliranmu, sudikah engkau relakan waktu sejenak saja
Menanggalkan setiap helai beban
dan kita nikmati hangatnya bercumbu bersama secangkir #kopi

Tak mengapa,jika aroma kopi ini tak cukup menggoda
dan kakimu kembali melangkah





Minggu, 05 Juli 2015

#Ngelancong Rinjani, Masih Mimpi

Banyak hal yang membuat aku tergoda #Ngelancong Rinjani, kawasan yang terdapat Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Namun sayang, hingga saat ini masih menjadi sebuah impin dan entah kapan terwujud. Padahal jauh sebelum hari ini, impian soal Rinjani telah lama menguap begitu saja sebelum seorang sahabat yang membuat aku merasa jengkel.

Bagaimana tidak? Dengan sedikit gaya pendaki saja, ia  memajang sejumalah foto selfi dengan imbuhan kata-kata yang cukup menyentil aku. Lihat aja gayanya, hehehe.

Memang sebelum foto itu beredar di jejaring sosial Facebook, dirinya sempat berkiriim pesan tentang #ngelancong Rinjani.

Sudahlah, sebuah ajakan yang sudah basi. Dan sampai saat ini, Rinjani masih sebuah impian indah. Dan seandainya dirinya membaca ini, sangat mungkin bakal tertawa terbahak-bahak, berkirim pesan makanya jangan terlalu serius kerja sampai enggak punya waktu buat jalan.

Bah,............... 'kuda'

Jauh sebelum dirinya, pernah ada ungkapan yang tak jauh berbeda . Ia bisa dikatakan seorang yang benar-benar nekat.  Pernah suatu ketika, ia berkata “Jangan hanya wacana saja.” Jika sedikit direnungkan benar juga.

Sebab, berbagaia rencana jika tak pernah dijalanin hanya sia-sia semata. Sama halnya dengan tips-tips perjalanan yang kerap nongol di dunia maya. Nah, ini salah satu contohnya, ‘Tips Ngelancong dengan "Budget" Minim’

Sebuah trik yang dilansir dari angkringanwarta.com 

Adapun isi dari triknya kurang lebih begini, sebuah trik yang sebenaranya malah cukup merepotkan bagi aku. Lah wong kartu kredit aja enggak punya, hehehe…….

Baiklah, mungkin trik ini bermanfaat buat yang lain, semoga saja benar-benar ada manfaatnya.

Ngelancon atau berkunjung ke kawasan wasita dengan keindahan alam yang begitu memukau, siapa yang menolak? Namun sayang, enggak semua orang bisa melakukanya meskipun sangat tertarik mengenjungi tempat wisata.

Setidaknya ada dua alasan mendasar hal demikian tak sulit terwujud, persoalan kesempatan dan terutama dana.

Nah, bagi teman-teman yang ingin mewujudkan impian ngelancong ke daerah tertentu, perlu dilakukan perencanaan yang cukup matang.  Bagi yang ingin mengetahui apa saja yang perlu direncanakan? Yuks intip tips ngelancong terencana baik dan liburan menyenangkan versi panorama-tours.com.

Rencanakan liburan dari jauh-jauh hari 

Perlu juga memperbayak refrensi entah itu dari teman atau juga membaca dari internet. Hal ini akan bermanfaat selain menambah pengetahuan, tapi juga akan membantu Anda dalam memilih hotel dan tanggal keberangkatan yang sesuai dengan keinginan Anda.
Booking tiket, hotel, dan paket tur dari jauh hari adalah hal bijak yang bisa dilakukan dalam perencanaan sebuah liburan, sehingga best price, best time, best destination untuk perjalanan bisa Anda dapatkan.

Gunakan online travel agent

Pembelian tiket pesawat, hotel hingga paket perjalanan sekarang sudah sangat nyaman dilakukan secara online, apalagi jika semuanya tersedia dalam satu website Online Travel Agent (OTA) saja. Apalagi kini OTA menawarkan harga yang bersaing dengan beragam promo. Namun, perlu diingat, pilihlah OTA yang dapat dipercaya sebelum Anda memesan tiket pesawat, hotel ataupun paket tur.

Tak ada salahnya mencari lebih banyak informasi mengenai OTA yang anda pilih melalui internet apakah OTA tersebut bisa dipercaya atau tidak. Pastikan juga sistem pembayaran adalah mudah dan memberikan beberapa alternatif pembayaran mulai dari transfer hingga pembayaran dengan kartu kredit. Pastikan Anda mendapatkan verifikasi melalui email setelah melakukan pembayaran.

Pembayaran secara cicilan

Sekarang sudah banyak alternatif cicilan pembayaran melalui kartu kredit, mulai dari 3, 6, 12 hingga 24 bulan. Cicilan tidaklah memberatkan, justru meringankan karena dapat dibayarkan sesuai dengan anggaran dan juga memenuhi perencanaan keuangan Anda tanpa harus menunggu untuk berpergian hingga seluruh budgettersedia.

“Dengan mencicil bukan saja mendapatkan harga terbaik tapi juga tidak memberatkan keuangan dan pada saat keberangkatan cicilan sudah lunas. Jadi tinggal mikirin daftar belanjaan apa yang akan dibeli saat berlibur”, ungkap Bobby Riawan Vice President Panorama-tours.com, seperti dikutip dari siaran pers.

Minggu, 07 Juni 2015

Minum #Kopi Itu Perlu


Malang benar, untuk menikmati secangkir kopi dihantui rasa takut. Mari sejenak lupakan segala hal atau kalau perlu buang jauh-jauh hal yang membelugu terkait dampak buruk akibat minum #kopi. Lantas bagaimana caranya agar terbebas dari jerat-jerat yang membelengu rasa takut, maka ada silakan menyimak secara seksama apa yang membuat perlu minum kopi.

Setidaknya terdapat sejumlah alasan mengapa minum kopi, selain memang pantas dinikmati dan juga  penghangatkan suasana kali nongkor. Kopi juga ternyata mempunyai kandungan yang bermanfaat bagi tubuh. Menurut data yang dihimpun dari beragam sumber disebutkan manfaat sruput cangkir kopi, antara lain

Dilansri dari foxnews.com, hasil dari penelitian dari National Cancer Institute,  minum kopi mampu menjaga tubuh dari serangan sel kanker melanoma di kulit. Peneliti menemukan bahwa mereka yang minum kopi memiliki kemungkinan sekitar 20 persen lebih rendah terserang kanker kulit sel melanoma daripada mereka yang tidak minum kopi.

Kanker kulit melanoma sendiri merupakan kanker kulit paling berbahaya dan sulit disembuhkan. Pertumbuhan sel kanker kulit melanoma lebih cepat dan lebih ganas, bukan hanya merusak kulit namun juga DNA. Peneliti menemukan efek baik mencegah kanker kulit ini hanya pada kopi berkafein, jadi untuk kopi decafeinated atau yang sudah tidak memiliki kafein, justru tidak memberi efek apa pun.

Manfaat lain dari kopi, minum kopi akan membantu meningkatkan hormon kortisol. Hormon ini berperan dalam kewaspadaan dan konsentrasi tubuh.

Kurang lebih begitu alasan kenapa perlu minum kopi, Selain alasan yang telah dipaparkan, minum kopi juga masih mempunyai manfaat lainnya. Untuk mengetahui apa saja manfaatnya, silakan cari tahu.






Senin, 27 April 2015

Melancong ke Dieng: Festival Lampion dan Festival Potong Gimbal

Tulisan ini merupakan kisah #Melancong  Tia Agnes bersama sobat karibnya ke Dataran Tinggi Dieng. Perjalanan yang sempat dimuat di situs www.angkringanwarta.com, tak hanya berkisah tentang hawa dingin Dieng dengan segala macam keindahan, tapi juga mengenai Taicing: Festival lampion dan jazz di atas awan.

Sebuah festival yang sudah keempat kalinya ternyata masih mengundang pesona wisatawan asing maupun lokal.

Perjalanan diawali,  saat seorang sahabatnya langsung mengiyakan. Sebuah jawaban yang seakan tanpa dipikirkan panjang terlebih dahulu sehingga perjalanan kami terasa dadakan dan tanpa rencana.

Jawaban tersebut membuat saya tanpa berpikir panjang  langsung menghubungi tour travel Tukang Jalan untuk pesan seat menghadiri Trip Dieng Culture Festival keempat. Sambil mempersipkan segala macam keperluan dari hal-hal remeh hingga jaket tebal dan sendal gunung, saya tersenyum tentang Dieng.

Yups, memang kami sejak masih kuliah dulu, kami selalu tertarik dengan Dataran Tinggi Dieng dengan segala keindahannya, maka tak mengherankan jika kami selalu membicarakannya.

Pada Jumat pekan lalu, tepat pukul 6 sore, kami sudah tiba di meeting point Plaza Semanggi, Jakarta Pusat. Rasa tak sabar ingin segera pergi dari Jakarta menuju dataran para dewa. Kata Dieng sendiri diambil dari bahasa Kawi, di (tempat) dan Hyang (Dewa).

Dari Jakarta perjalanan menuju Dieng, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur Kabupaten Banjarnegara dan Dieng, Jawa Tengah sekitar 21 jam. Padahal jarak tempuh biasanya yaitu 6 hingga 10 jam. “Ini karena elf (mobil sewaan) telat datang, macet di Cikampek, dan ada longsor di Wonosobo,” kata tour leader Tukang Jalan, Wira Adi Darma.

Alhasil, dalam hati kami, ini adalah perjalanan yang tadinya dirasa mewah menjadi ajang ilmu ikhlas. Sampai di Dieng, azan magrib sudah berkumandang. Hari pertama festival Dieng juga sudah dimulai, malam itu akan ada pagelaran wayang kulit dan festival lampion laiknya perayaan Waisak di Candi Borobudur.

“Gue mau bikin make a wish ah, kalau nanti terbangin lampion,” kata sahabat saya, Mimi Fahmiyah. Sayangnya harapan tersebut pudar. Di tengah gelap gulita kompleks Candi Arjuna, panitia hanya menyiapkan lampion seadanya dan tak sebanding dengan jumlah pengunjung. Kami pun harus mengemis meminjam lampion untuk ajang foto narsis.

Awalnya, festival lampion dibuka oleh Bupati Banjarnegara Sutedjo Slamet Utomo. Ketika satu lampion sudah terbang, riuh tepuk tangan yang menonton tampak keras terdengar. Saya pun tak berhenti mengucap syukur. Dalam hati, tak dapat yang di Waisak, di Candi Arjuna pun jadi.

Beberapa kali kembang api juga dinyalakan. Meriah sekali! Pengunjung festival bertambah banyak. Ratusan manusia di sana masih setia menonton hingga lampion terakhir terbang. Namun pertunjukkan belum usai, di tanah lapang tak jauh dari Candi Arjuna akan tampil pagelaran wayang kulit.

Malam belum usai, dan perut sudah keroncongan. Sepanjang kawasan wisata Dieng, kami mencari mie ongklok yang terkenal. Tiga tempat dilalui, tak membuahkan hasil. Dengan kecewa, kami pulang ke homestay untuk istirahat. Esok adalah inti festival yang membuat saya penasaran setengah mati selama ini.

Karena itu, saya tak dapat tidur nyenyak, ingin rasanya pagi segera datang. Pada akhirnya, saya terbangung kurang lebih pukul tiga subuh. Kami langsung bergegas menjalankan rencana awal, yakni menikmati matahari terbit di Bukit Sikunir. Usai dari sana, ribuan manusia sudah tampak memadati kompleks Candi Arjuna. Kami pun bergegas.



Sebelum mencapai Candi Arjuna, ritual sudah diawali dengan kirab di halaman rumah pemangku adat Dieng yakni Mbah Naryono. Kemudian, prosesi dilanjutkan keliling desa hingga menuju halaman candi.

Tujuh anak berambut gimbal yang akan diruwat yakni Lista dari Wonosobo, Argifari Yulianto dari Banjarnegara, Mazaya Filza Labibah dari Bekasi, Alira dari Wonosobo, Sri Nuria dari Banjarnegara, Sasabila dari Wonosobo dan Tita dari kota yang sama.

Mereka dibawa ke Sendang Maerokotjo atau Sendang Sedayu guna penjamasan atau pencucian rambut sebelum dipotong. Sedangkan airnya menggunakan air jamasan dan kembang tujuh rupa dari Tuk (mata air) Bimalukar, Tuk Sendang Buana (Kali Bana), Tuk Kencen, Tuk Goa Sumur, Kali Pepek, dan Tuk Sibido.

Wisatawan lokal dan dalam negeri serta penduduk bercampur. Bagi saya, lokasi ini tiba-tiba seperti pasar tumpah. Lebih ramai dari festival lampion semalam. Banyak tukang jajanan yang berseliweran.

Sampailah di inti prosesi yakni pencukuran rambut gimbal di Candi Puntadewa, kompleks Candi Arjuna. Di depan candi, Mbah Naryono berdoa terlebih dahulu ke Tuhan Yang Maha Kuasa. Kala itu, cuaca cerah.

Para pengunjung melihat dengan seksama sesuai dengan urutan ID Card yang mereka bayar. Untuk kelas VIP yang hanya berjarak 20 meter dihargai Rp 75 ribu. Posisi kedua yakni Rp 30 ribu dengan jarak 50 meter. Selanjutnya adalah posisi gratis.

Para permintaan ruwat pun dibacakan, ada yang minta sepeda mini berwarna merah, baju pesta, kambing, beragam makanan hingga tempe rebus. Selain para pejabat setempat yang hadir, di sana juga ada Duta Besar Slovakia Stefan Rozkopal yang ikut memotong rambut Argifari Yulianto. Serta Duta Besar Republik Seychelles Nico Barito yang memotong rambut gimbal Mazaya Filza Labibah.

Prosesi terakhir adalah Larung yakni rambut yang sudah dicukur dihanyutkan di telaga Balekambang. Prosesi festival inti sudah selesai. Hati kami pun lega sudah melihatnya dan membawa foto sebagai kenang-kenangan. Pada malam harinya, masih akan ada pertunjukan musik Jazz Awan. Sayangnya tak bisa menonton.

Sebelum kembali ke kerasnya ibukota, kami menyempatkan makan mie ongklok yang sempat tertunda. Ada sebuah rumah makan di depan Candi Arjuna yang menjualnya. Antrian mengular, perut lapar, dan penasaran dengan rasanya. Dengan terburu-buru, kami memesannya dibungkus.

“Oh, gini toh rasanya. Manis-manis gurih kayak Bakmi Jawa, ha..ha..ha..,” kata Mimi. Kami pun tertawa dengan rasanya. Mie ongklok yang kami icip adalah perpaduan mie, sayuran hijau, dan kuah kental yang berasa asam manis. Petualangan selesai, sampai jumpa tanah Dihyang tahun depan..

Rabu, 25 Maret 2015

Ngelancong Pulau Serangan ke Sarang Penyu

Oleh Milliya

Jalarasa,- Jika kamu tengah #ngelancong ke Bali, ada baiknya luangkan waktu sejenak
untuk mengunjungi sebuah Pulau Serangan atau disebut Pulau Penyu, dijamin enggak bakal nyesel. Keindahan alam serta yang begitu eksotis disertai penangkaran dan tak kalah adalah menyentuh langsung penyu.


Pengalaman itu dirasakan langsung oleh saya, awalnya hanya sekadar iseng-iseng menghabiskan waktu senggang dan kebetulan dapat pinjaman kamera. Memang waktu liburan paling enak dihabiskan buat liburan, Sabtu [11/5] ketimbang bengong, itulah yang membuatnya begitu bahagia saat teman saya, Hepi bersedia mengantarnya ke tempat penyu.  


Singkat cerita, kami langsung meluncur dengan mengendarai sepeda motor, saya dibonceng Hepi, menuju Pulau Serangan. Letaknya 5 km di sebelah selatan kota Denpasar, Bali. Dengan panjang pulau 2,9 km dan lebar 1 km. 30 menit dari kostan saya di Jl. Sedap Malam-Sanur


Sesampainya, saya langsung tergiur untuk langsung ngambil foto Pulau Serangan yang danaunya bening. Nampak tenang dari kejauhan. Gagal. Sore itu Serangan sedang surut. Nampak tanah basah sisa genangan air. Berlumut coklat kehitam-hitaman.


Melihat saya yang tengah murung lantaran gagal mewujudkan keingingan, Hepi, mengajak saya ke penangkaran Penyu. Letaknya didalam Pulau Serangan. Saya tidak menolak.


Sore dan matahari di Bali, masih terik. Saya memasuki pintu gerbang yang tidak berpagar, lantas memarkir motor di lahan teduh. Ada dua patung penyu besar, dua bangunan serupa kantor. Satunya kafe.

“Kok sepi ya,” komentar saya. “Jangan-jangan enggak ada orang.”

“Ada penjaga,” jawab Hepi, singkat.

Dari arah kafe, lamat-lamat seorang lelaki berperawakan besar menghampiri kami. Ia menyambut kedatangan kami dengan senyum. “Mau lihat-lihat.” Serunya, sambil mempersilakan saya dan Hepi, untuk mengikutinya. Saya dan Hepi, manut. Mengikuti langkahnya dari belakang.


“Ini penyu hijau dan itu penyu lekang,” unjuknya sambil memainkan air di kolam penyu. Empat kolam berukuran 1.5m saling berhadap-hadapan. Ada tiga jejer kolam sebagai tempat penangkaran.


Lelaki yang memandu saya sore itu namanya, Bli Made. Delapan tahun sudah Ia, bekerja di penangkaran penyu di Serangan. Sambil melihat-lihat beberapa koleksi penyu yang dirawat khusus. Bli Made, menuturkan muasal ihwal penyu yang perlahan punah.


“Dahulu, penyu dikonsumsi sebagai makanan sehari-hari. Baik itu telurnya atau dagingnya sekalipun.”
Saya merinding membayangkannya. Mencium bau amis yang menghilangkan selera makan. Telur penyu. Daging penyu. Isi kepala saya berisi potongan gambar masakan-yang saya pastikan sangat tidak enak. “Dasar manusia. Apa saja serba dimakan,” umpat saya. Hepi, tersenyum. Saya kembali menggerutu.


“Khususnya di Bali, penyu-kan dipakai untuk kebutuhan upacara. Biasanya, kepalanya saja sih,” lanjut Bli Made. “Penyu lama bertelurnya. Sedang yang makan setiap hari dan banyak. Jadilah penyu terancam punah.”


Untuk melindungi populasi penyu, th 1999 pemerintah mengeluaran UU yang memutuskan bahwa Penyu adalah hewan yang dilindungi. Meski demikian, penangkaran penyu di Pulau Serangan ini tidak menerima subsidi dari pemerintah.


“Penangkaran ini adalah hasil swadaya masyarakat. Pengelolaannya dibawah banjar,” terang Bli Made.

Butuh 10-25th untuk penyu bisa bertelur. Lama. [Jadi kalau diusia 25th kamu masih jomblo santai aja, ada temennya tuh: penyu :D] Sekali bertelur berojolnya 150 butir. Menetas dalam kurun waktu + 50 hari. Setelah dikubur didalam pasir.


Jam tangan saya menunjukan waktu pukul lima sore. Setelah mengitari beberapa kolam penyu dan melihat-lihat isi museum penyu. Saya berpamitan kepada Bli Made. Sebelumnya cuci tangan dulu, bau amis. Lantas meneruskan perjalanan muterin pulau Serangan.


Selasa, 24 Maret 2015

Agen Trevel: Ngelancong ke Pulau Tidung


Bagi teman-teman yang belum pernah mengunjungi salah satu pesona alam yang terdapat di kawasan kepulauan Seribu, Pulau Tidung. Yuk #Ngelancong ke sana.  

Kalau masih penasaran dengan pesona alam apa saja, silakan disimak baik-baik. 

Salah satu pesona yang bisa dirasakan, Jembatan Cinta, sebuah jembatan penghubung antara Pulau Tidung kecil dengan Tidung. Saat berada di atas Jembatan yang mempunyai mitos tentang cinta ini, teman-teman bisa melihat hamparan laut berwarna biru apalagi saat matahari terbenam. 

Tak hanya menikmati pemandangan alam, jika teman-teman mempunyai nyali bisa loncat dari atas jembatan dan menikmati segarnya air laut. 

Oh iya, tak kalah penting teman-teman juga dapat menyelam melihat panorama keindahan habitat bawah laut, ikan-ikan penuh warna menghampiri teman-teman. 

Kurang lebih begitulah, kalau teman-teman tertarik maka langsung saja hubungi agen trevel Pulau Tidung, http://trisna-tidung.com. 

Agen ini  memberikan jaminan kemudahan juga beberap servis yang membuat teman-teman tak perlu lagi pusing. Beriut ini beberapa servis yang bisa didapat 

Kapal Fery Muara Angke (PP)
• Penginapan AC
• Welcome drink
• Makan 3 x
• kapal untuk snorkeling
• Snorkeling ( pulau payung )
• Perlengkapan snorkeling/orang
• Jalan2 ke Jembatan Cinta
• Jalan2 ke Tanjongan Barat Pulau Tidung
• Sepeda santai/orang
• BBQ dipinggir pantai ( cumi dan ikan bakar )
• Guide ( pemandu )
• Camera under water
• Air mineral ketika snorkeling

Untuk info lebih jelasnya, silakan hubungi 

 TRISNA 

alamat : pulau tidung kepulauan seribu Rt. 001/02

            jln, masjid nurul huda

call      : 08567332541/081311579476

PIN BB : 2AB0C941



Senin, 23 Maret 2015

Ngelancong Sunda Kelapa

Jalarasa.-  kali ini bakal ngelancong ke Pelabuhan Sunda Kelapa. Di antara teman-teman pastinya sudah banyak yang paham benar dengan pelabuhan tersebut. Yups, sebuah pelabuhan yang terdapat masih dalam kawasan Jakarta, tepatnya berada di kelurahan Penjaringan, kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Sebagai pelabuhan, Sunda Kelapa menyimpan beragam cerita yang telah mewarnai sejarah Indonesia, bahkan pelabuhan tersebut turut serta memberikan sumbangsih nama Jakarta.

Lepas dari itu semua, saat ini saya ingin berbagi hasil #Ngelancong saya beberapa waktu yang lalu, tentang apa saja yang berhasil kami jepret dalam sebuah lensa kamera. Sebuah jepretan yang menggambarkan kehidupan dari kuli panggul, jasa perbaikan kapal dan tak luput menjadi sarana permaian bocah, mereka nampak asik berenang di atara celah-celah deretan kapal.

Jepretan di atas hanya sebagian dari jepretan yang lainnya, jika tertarik melihat yang lainnya silakan buka situs kami di  angkringanfoto 


Minggu, 22 Maret 2015

Keindahan Kota dari Puncak

angkringanwartaHembusan angin menambah dingin, secangkir bandrek disertai isapan rokok  hanya sekadar  penyangga lutut agar tetap stabil dihantam hawa dinging, Memang keduanya tak cukup kuat yang memaksa tubuh ini bersandar pada pagar penyanggah bukit 'Rindu Alam'.

Sebuah bukit yang berada tepat di samping jalan kawasan Puncak.  Bagi yang pernah berkunjung kawasan Puncak mungkin sudah tak asing lagi dengan nama 'Rindu Alam'. Hampir setiap malam, kawasan tersebut rasanya tak akan pernah sepi pengunjung. Entalah apa yang dicari, mungkinkah hanya sekadar menghabiskan malam bersama pasangan, atau juga hanya ingin menikmati jagung bakar sambil menikmati cahaya ibu kota.

Apa pun itu, pastinya tiap-tiap pengunjung mempunyai maksud tersendiri meskipun hanya sekadar iseng-iseng semata. Hal ini juga berlaku pada saya.  Yups, sengaja datang dari pusat kota hanya ingin menikmati suasana pegunungan atau sekadar menghilangkan perasaan sumpek dengan rutinitas.

Dan setibanya, baru menyadari bagaimana kota menawarkan keindahan yang rasanya tak akan pernah dirasakan saat berada di tengah-tengah kota yang terlalu sumpek dengan segala macam keruwetan Ibu kota.

Dari atas sini, kemilau cahaya kota nampak begitu indah, mungkin ini juga terjadi pada sebuah laron mengerumungi lampu.


Bagaimana indahnya cahaya lampu-lampu tersebut, silakan disimak beberapa foto tersebut dan untuk lebih puasnya silakan kunjungi sendiri. (DS/angkringanwarta)