Minggu, 02 April 2017

Ngelancong, Mengejar Senja ke Tanah Lot, Bali

Ngelancong, Tanah Lot, Bali adalah target terakhir kami selama berpetualang di Pulau Dewata.

Rencana ke Tanah Lot muncul dengan alasan senja. Maklum saja sepanjang ngelancong di Bali kami tak kunjung mendapati  senja yang benar-benar. Tanpa perjumpaan dengan senja rasanya kurang puas terutama bagi saya sedang sibuk-sibuknya bergaya fotografer profesional saja.

Banyak dikatakan blog sampai wikipedia, Tanah Lot banyak dikunjungi lantaran bukan hanya pura semata, tapi juga senja.

Atas dasar tersebutlah, maka kami sepakat untuk meluncur ke Tanah Lot dengan menyebutnya sebagai misi mengejar senja ke Tanah Lot.

  
Sebelumnya kami  menghabiskan waktu di Ubud dengan beragam macam wisata alam dan Pura Uluwatu dengan harapan dapat  menyaksikan tari kecak di bawah pancaran sinar matahari yang mulai tenggelam.

Dua hari tiga malam adalah waktu berleyeh-leyeh di villa Ubud Luwih, sebuah villa yang cukup nyaman apalagi dikeliling alam dan selama itu juga kami mengujungi beberapa kawasan yang banyak ditawarkan para bloger, yakni hutan monyet, sawah dengan model terasiring dan tak beberapa lokasi di jalan raya Ubud.

Waktu nyantai di Ubud telah usai, kami memutuskan menginap di hotel Amaris, Legian. Sebuah lokasi yang bisa dikatakan berbanding terbalik dengan sebelumnya baik dari segi pelayanan, lingkungan maupun hal-hal lainya.

Jika di Ubud adalah desa maka di Legian bisa dikatakan adalah kotanya Bali jadi dapat terlihat jelas bukan perbedaan antara keduanya.

Singkat cerita ini adalah waktunya kami untuk ke Tanah Lot, perjalanan tersebut tak kalah jauh dengan perjalanan kami dari Amaris ke Pura Uluwatu.  Namun, suasana batin terasa berbeda saat mengunjung Uluwatu mungkin ini adalah hari terakhir di Bali belum lagi rental motor yang siap mengambil kendaraanya.

Sepanjang perjalanan dengan waktu yang kian mepet membaut keraguan kian hinggap apakah mungkin dapat sampai sebelum matahari benar-benar menampakkan keindahnya. Hal lainya yang kian membuat keraguaan adalah selama perjalan kerap dijumpai iringan-irangan ritual  jelang hari raya Nyepi.

Keraguan perlahan pudar juga dan kami tiba sebelum pergantian antara waktu. Matahari masih terang menyinar tempar beribadah di pinggir laut. Dan patut diakui, Tanah Lot mempunyai pesona yang tak kalah jauh dengan Puru Uluwatu maka tak mengherankan jika lokasi ini telah dipadati pengunjung.

Hampir setiap pengujung atau bisa dikatakan tak ada satu pun yang ingin kehilangan moment, tiap-tiap dari mereka sibuk dengan kamera. Bagaimana aktivitas mereka, silakan aja simka foto di bawah ini.

Pada Tanah Lot terdapat dua pura terletak di atas batu besar. Satu terletak di atas bongkahan batu dan satunya terletak di atas tebing mirip dengan Pura Uluwatu. Pura Tanah Lot ini merupakan bagian dari pura Dang Kahyangan.  Pura Tanah Lot merupakan pura laut tempat pemujaan dewa-dewa penjaga laut.

Namun sayang, berharap mendapatkan moment matahari tenggalam belum juga didapat. Pura Tanah Lot dengan segala eksotisnya terasa masih kurang lengkap tanpa sinar jingga.

Ya sudahlah mau dikata apa lagi mungkin alam lagi kurang bersahabat. hehehe



0 komentar: